![Mimes-Only-Use-Nonverbal-Cues-to-Communicate-Skillfullydone.com_](http://jendalajurnal.files.wordpress.com/2013/06/mimes-only-use-nonverbal-cues-to-communicate-skillfullydone-com_.jpg?w=470)
Ada maknanya loh sobat, bila kita memperhatikan cara pengambilan gambar si kameramen dalam tayangan televisi. Seperti sudut pengambilan gambar (angle) oleh kamera, misalnya dari sebelah kiri objek, atau dari depan objek.
Lalu gerakan kamera (motion), naik turun secara cepat atau lambat, itu semua menimbulkan pengaruh kepada orang yang sedang menonton di televisi. Semisalnya nih, tau close up?
Yaa, pengambilan objek dengan hanya menyoroti kamera kepada wajah atau muka, di sini penonton yang sedang menyaksikan lewat televisi serasa mendapatkan keintiman dan menangkap emosi si objek yang sedang tayang.
Ada juga medium shot, pengambilan objek setengah sampai satu badan saja, menunjukan kesan perorangan, netral dan tidak memihak. Nah kalo full shot atau mengambil objek secara menyeluruh dengan keadaan sekitarnya, ini memberikan makna kepada khalayak mengenai hubugan sosial yang sedang tayang.
Arah pengambilan objek tentu mempunyai makna. Bahaya nih sobat, kalo seorang tokoh sedang tayang di realiti show, lalu pada saat di shot kamera, pegambilan gambar malah kamera diarahkan kebawah, bisa jadi tokoh tersebebut sedang diremehkan atau memberi kerendahan statusnya.
Sebaliknya, kalo kamera di shot kearah atas, maka tokoh tersebut dianggap seorang yang penting, penguasa, atau statusnya lebih tinggi. lain lagi dengan zoom in (kamera masuk kedalam), apalagi secara perlahan, berkesan romantis dan lembut.
Semua pembahasan di atas merupakan komunikasi non verbal yang terjadi dalam kegiatan pertelevisian. Masih banyak lagi bentuk komunikasi non verbal lainnya dalam ruang lingkup yang berbeda-beda. Sekarang kita masuk kedalam konteks non verbal bahasa tubuh.
Apa sebenarnya fungsi non verbal bahasa tubuh dalam berkomunikasi sehari-hari? Tentu sobat bertanya-tanya buat apa yaa? Haha ternyata komunikasi non verbal sangat penting bagi efektifitas komunikasi seseorang. Yang pertama bisa sebagai pengganti komunikasi verbal (berbicara dengan bahasa). Bagi orang luarbiasa seperti tunawicara, komunikasi non verbal dengan menggunakan bahasa tubuh menjadi pengganti untuk kebutuhan berbicara.
Yang kedua yaitu sebagai pelengkap pesan verbal. Berbicara datar, tanpa ada mimik muka, gerakan dan hentakan refleks tangan, kaki dan kepala, mungkin si pendengar akan merasa bosan. Saat kita sedang berbicara, gerakan spontan tangan dan kepala kita, serta ekspresi muka, seolah membantu isi pesan yang disampaikan si pembicara.
Bayangkan bila Guru atau Dosen anda sedang menjelaskan di depan kelas dengan hanya berbicara datar dan tanpa ekspresi badan maupun muka, mungkin akan menjadi bahan tertawa.
Ada kasus menarik mengenai komunikasi non verbal yang telah kita beberkan di atas. Ceritanya, seorang bapak dari Sumedang sedang mencari alamat di Jakarta, lalu dia bertanya kepada seorang remaja Jakarta.
“Nak kamu tahu Jalan Sekelimus?” tanya seorang Bapak.
“Taauuu...,” jawab pemuda tersebut dengan bunyi ta dan u agak panjang.
“Coba tolong tunjukan!” pinta seorang Bapak tadi.
“Taaaauuuu...,“ jawab pemuda itu dengan bunyi ta dan u yang lebih panjang lagi.
“Nah kalau kamu tahu, bisa tunjukan jalannya?” dengan nada kesal.
“Ih ni orang, udeh bilang taauu, kok gak ngerti-ngerti aja.” jawab pemuda itu dengan marah.
Bahwa di sini terjadi kesalahpahaman antara pemuda dengan Bapak tersebut. Di jakarta, khususnya suku betawi, kata tau dengan ta dan u yang dipanjangkan bunyinya berarti ‘Tidak tahu’. Bila saja pemuda itu mengatakan tau lalu sambil menggelengkan kepalanya, tentu maksud si remaja itu akan dimengerti. Itulah fungsi komunikasi non verbal.
M.Rauf Wardaya
Dicuplik dari materi kuliah dan buku Ilmu Komunikasi Prof.Deddy Mulyana